Label: , , , ,

Sucipto dan Gelang 'Sejatinya'

“Cinta membutakan segalanya”, ternyata peribahasa ini memang benar adanya. Jika cinta membutakan uang, kekayaan, jabatan dan status sosial seseorang,itu sudah hal yang lumrah terjadi di masyarakat, dengan memperjuangakannya memang akan nampak cinta sejati itu. Tapi apakah bisa cinta membutakan sebuah persahabatan..??. Ternyata hal tersebut memang benar-benar bisa terjadi.

Hari ini, aku mendengarkan seorang temanku yang bercerita tentang pengalamanya, yang tak lagi di hormati salah satu anak didiknya, di karenakan anak didiknya tersebut telah dibutakan oleh cinta sejatinya. Temanku ini adalah seorang Guru Voli, sedangkan anak didiknya tersebut juga adalah pemain voli terkemuka di surabaya. Kalau aku tidak salah ingat, anak didiknya tersebut bernama sucipto.

Sucipto adalah seorang yang periang dan selalu bersemangat dalam menjalani hidupnya. Hampir dalam waktu seminggu itu Sucipto selalu bertemu dengan dengan pelatihnya tersebut. Banyak hal yang pelatihnya ajaran pada Sucipto hingga untuk curhat pun tentang masalah cinta, sang pelatih selalu setia mendengarkan. Hingga pada suatu hari, Sucipto bertemu kembali dengan teman masa kecilnya, di kampus yang sama. Sucipto begitu senang, begitu gembira, sampai-sampai peristiwa ini di ceritakannya kepada pelatihnya. Pelatihnya yang mendengarkan hal itu juga turut gembira. Sampai peristiwa yang membuat semuanya retak dan hancur. Sucipto yang sudah menembak si gadis dan sudah menjalani masa pacaran selama  1 bulan, sudah mulai menunjukan perubahan yang dratis. Sikapnya yang mulai tidak sopan dan tutur katanya yang mulai tidak baik.

Malam itu, saat latihan, pelatihnya melihat ada sebuah gelang berwarna hijau yang melinggkar di pergelangan tanganya.
Dengan baik-baik Pelatihanya pun bertanya, “tumben pakai gelang, hayo….!”
“Ini pemberian dari pacar saya, pelatih.!” Balasa Sucipto.
Dengan nada lirih sang pelatih berkata “coba, lepas gelangnya sama mau lihat”.
“Jangan, pelatih. Ini tidak akan saya lepas” Balas Sucipto lagi
“Hayo, kak Sucipto, lepas’en gelanganya kita kan cuma mau lihat” kata teman-temannya, memelas.
Dan sekali lagi pelatihnya pun berkata “Sucipto, saya lihat ya gelangmu.”
Dengan nada membentak Sucipto berkata “Tidak.! Tidak akan saya lepas. Silahkan pelatih marah, saya tidak akan melepasnya…!!!” kata Sucipto.

Teman-temannya yang melihat perubahan sikap Sucipto yang seperti itu, hanya bisa terdiam dan mungkin terasa kekecewaan yang luar biasa, karena teman yang selalu berbagi sukacita, kegembiraan, kesedihan, lelah, dan kebersamaan, telah berubah dan berani membantah pelatihnya, hanya karena mempertahankan sebuah gelang daripada mempertahankan persahabatan yang sudah susah payah mereka perjuangkan dan pertahankan.

Pelatihnya yang melihat hal seperti itu hanya bisa tersenyum. Dan dengan maksud untuk mengurangi ketegangan di antara mereka, dengan bercanda sang pelatih menendang kaki Sucipto  untuk menayadarkannya, tapi bukannya sadar, Sucipto malah menendang balik kaki sang pelatihnya hingga patah.  Dan dengan rasa tanpa penyesalannya sama sekali, Sucipto pun pulang tanpa berucap 1 katapun.

Teman-temannya yang melihat kejadian seperti itu, tampak marah dan sangat kesal dengan perlakuan Sucipto terhadap pelatihnya. Tapi pelatihnya dengan lembut berkata kepada mereka “sabar… biarkan Tuhan yang merubahnya…”_^








0 komentar:

Posting Komentar