Label:

RUMAHKU STASIUN JAKARTA KOTA (Chapter 3)


*Chapter 3 : pembicaraan dengan mahluk halus.

Melihat jam saat itu pukul 14.17,  kereta pun mulai mengerakan rodanya, melaju secara perlahan dan sempat tersentak beberapa kali, kemudian mulai terdengar bising di telingaku,” jes...jes..jes..jes...tutt...tutt..tutt...tutttt...tttuuutttt......(...mulai lagi mengambarkan bunyi laju kereta )”. Sesekali aku bertanya pada bapak tua yang duduk berhadapan dengan ku. “pak kalau ke jakarta selatan paling dekat turun di stasiun pasar senen atau stasiun jakarta kota.?? ”, bapak tuapun menjawab “kalau tidak salah, ini kalau tidak salah loh ya dek,,,lebih dekat turun di stasiun pasar senen nanti tinggal cari metromini di terminal ke  jurusan ke jakarta selatan,memang jakarta selatan mana..???”.  ditanya hal seperti itu aku pun menjawab dengan polosnya “jakarta selatan jalan wolter monginsidi pak..??!! ”, “jakarta selatan itu luas dek...(jawab bapak tua dengan menatap sedikit heran kepadaku.)” .

Lumayan banyak obrolan dengan bapak tua tersebut menjadikanku lupa akan kehadiran ibu yang duduk di sampingku. Karena dari saat ibu itu datang lalu duduk, memang belum terdengar suaranya, entah karena lagi sakit atau memang malas ngobrol dengan kami.
berkaos warna kuning dan memakai rock selutut berwarna hitam tanpa memakai sandal ataupun sepatu sebagai alas kakinya untuk berjalan, ibu tersebut masih terlihat santai dan sejenak membuka tutup tas coklatnya. Terlihat tiket yang bertuliskan jakarta kota sebagai akhir tujuannya.
Karena diam-diam aku melirik ke arah ibu itu, entah ibu itu memang menyadari kalau aku meliriknya, seketika ibu tersebut berkata “mau kemana mas..??jakarta kota ya..?? (sambil menganggat 1 liter botol mineral yang kemudian di minumnya)”, “iya bu, saya juga ke jakarta kota.!”. aku kira ibu tersebut akan bertanya kembali, tapi ternyata tidak. Dalam hati berkata “ya sudahlah yang penting kereta sudah jalan dan waktunya menikmati perjalanan (sambil perlahan menurunkan topi yang ada di kepala sampai menutupi mata...)”.
           
            Terdengar ibu tersebut mengobrol, ku angkat sedikit topiku dan meliriknya. “baguslah ada teman mengobrol juga akhirnya ibu tersebut (masih berkata dalam hati sambil tetap meliriknya)”. Kemudian ku lirik ke arah bapak yang duduk berhadapan dengan ku, “tapi bapak itu lagi sibuk dengan handphonenya...lah terus ibu tadi ngobrol dengan siapa..??, ow pasti dengan penumpang di kursi sebelah..(mencoba melirik ke samping depan.) loh...penumpang di kursi sebelah malah sibuk mengasuh anaknya, tapi ibu- ibu ini tetap mengobrol..???!!(bertanya heran dalam hati)”.

“Oh damn..!.(dengan sedikit merinding)”.  Setelah aku perhatikan dalam gerbong dan melihat situasi dan kondisi penumpang saat itu, ternyata ibu tersebut berbicara sendiri. Aku tidak tahu apa yang sedang di bicarakannya tapi yang jelas sepertinya ibu tersebut mempunyai teman yang tak kasat mata yang tak bisa di lihat oleh ku. Terkadang ibu tersebut tertawa sendiri, terkadang juga merasa sedih serta kadang waktu seperti menantang. Penumpang di sekitar pun mulai memandang aneh terhadap ibu tersebut. Tapi ada 1 hal yang aneh yang aku tangkap dari obrolan misterius ibu tersebut, yang berkata seperti ini “Jangan..jangan.ganggu dia, dia orangnya baik... pokoknya jangan ..!!..(dengan nada yang sedikit kesal)”. Percaya aku tidak, aku merasa yang di maksud ‘dia’ dalam obrolan ibu tersebut adalah aku.  Merinding adalah kata yang tepat untuk mengambarkan kondisiku saat itu. “Tuhan itu memang keren, baru saja aku mengawali sebuah perjalanan, Dia sudah  memberikan sesuatu yang tak di duga dan menakjubkan dalam  dalam perjalananku.(berkata dalam hati sambil tersenyum dan menghela nafas.)”

“Semua keindahan dapat terucap jika kita memilikiNYA, mengalaminNYA, dan berinteraksi denganNYA, tanpa melupakan kata bersyukur”

Ketika aku  berinteraksi dengan ibu tersebut, yakni menjawab semua pertanyaannya yang di tujukan kepadaku, tak mencoba tersenyum ramah ,mengapa orang lain di sekitarku tampak memandang aneh padaku??.. Ingin sekali aku berteriak pada mereka “ kalian lebih aneh dari ibu ini, kalian adalah masyarakat penilai yang hanya tahu jawabannya tanpa memahaminya...!!!”.  Tak ku perdulikan apa kata hati mereka tentang aku dan ibu disampingku tersebut.

Teringat sesuatu yang ada di dalam tasku , lalu sejenak aku berdiri mengambil sesuatu yang ada di dalam tasku yang memang terletak di rak di atas kepalaku. Sebuah rak yang terbuat dari besi sebagai tempat menaruh barang dan tas di dalam setiap kereta penumpang. lalu aku duduk, kemudian aku buka, lalu aku mencoba menawarkan kepada bapak tua didepanku dan juga kepada ibu di samping. Memang ini hanya sebuah biskuit...yang bertabur gula kristal di setiap  bagian sisinya, terasa manis tapi juga terkadang membuat aku jadi cepat haus.

Tak terasa sudah sampai stasiun Mojokerto pada jam 15.26.  dan seketika itu juga berbagai teriakan dari dalam gerbong 2 pun terjadi,  “aqua...aqua...yang dingin...aqunya mas...(pedagang minuman)”, kemudian di belakangnya berteriak lagi “nasi....nasi...masih hangat,nasi..nasi...telor ayam...nasinya...(ibu pedagang makanan dengan rantang di tangan kiri)”.  Ya seperti itulah keadaan saat pertama kali kereta gaya baru malam berhenti pada pemberhentiannya yang pertama di stasiun mojokerto. Begitu banyak pedagang yang menjual berbagai macam minuman dan makanan, entah itu yang berjalan dari gerbong 1 ke gerbong lain ataupun berada di luar setiap pintu gerbong kereta.

Kereta pun berbunyi, dan segera pada pedagang keluar dari dalam gerbong kereta, tapi ada juga yang masih menetap di dalam kereta sambil berusaha bersembunyi dari petugas keamanan kereta...

||lalu tiba-tiba kereta berhenti di tengah jalan., ku lihat jam di tangan menunjukan waktu 16.17 ada apa ini..?????||

0 komentar:

Posting Komentar